Monday, January 22, 2018

Melayani Atasan

Hampir setiap bulan sekali aku harus meninggalkan suamiku dan anaku untuk mendampingi atasanku ke luar kota. Namaku Yuli, aku seorang sekretaris atau bisa juga dibilang asisten seorang atasan di sebuah perusahaan swasta. Aku selalu menggunakan hijab satiap aku pergi ke kantor.

Walaupun pakaianku tertutup tapi tidak menghalangi setiap laki-laki menatap tajam kearah ku.
Mungkin karena aku mempunyai tubuh yang cukup sintal dengan payudara yang menantang. Meskipun demikian, aku selalu menjaga kepercayaan suamiku dan tidak pernah menodai perkawinan suci kami. Tugasku dikantor cukup repot. Ya namanya juga asisten seorang bos.

Aku harus mempersiapkan segala kebutuhan untuk setiap pertemuan bosku dengan kliennya. Seperti waktu itu, aku harus meninggalkan suami dan anakku ke luar kota karena ada pertemuan besar antar perusahaan se-Indonesia.




“Mas, besok aku keluar kota dengan Pak Budi”
“Iya Mah” jawab suamiku singkat. Memang suamiku menaruh kepercayaan kepadaku setiap kali aku akan pergi dengan bosku. Karena itulah aku tidak pernah mencoba untuk bermain “api” dengan laki-laki lain.

Sekitar pukul 06.00 kami bangun. Aku mengerjakan aktifitasku sebagai seorang istri. Seperti membangunkan anaku, menyiapkan sarapan, mengurus keperluan sekolah anakku dan mengurus keperluan suamiku sebelum ia pergi ke kantor. Pagi itu aku mandi duluan karena takut telat untuk bertemu dengan Pak Budi atasanku di susul dengan suamiku.
“Kenapa mas? Kok liatin nenen Mamah? Mas pengen?” kataku ketika merapikan dasinya.
“Ah engga Mah, kok tumben mamah pakaiannya begitu?” Tanya suamiku heran.
Memang waktu itu aku hanya memakai tengtop warna abu dan belum memakai blazer dan kerudung. Jadi suamiku nampak heran dengan setelanku. Payudaraku seperti menantang setiap orang yang memandang.

“Mas ini, nanti kan aku pakai blazer dan kerudung, masa iya aku ke kantor dengan pakaian begini” jawabku sambil tersenyum.
Suamiku hanya tersenyum sambil mencium keningku. Kemudian aku mengecek kembali berkas-berkas yang harus dibawa ke pertemuan tersebut.
Tepat pukul 06.45 kami sekeluarga berangkat. Kami mengantar anak kami terleboh dahulu ke sekolahnya. Setelah anak kami sampe disekolah, suamiku mengantarku ke kantor.
“Mamah bawa baju banyak??” Tanya suamiku.
“Ya lumayan lah Mas, cukup untuk 3 hari” jawabku.
15 Menit kemudian kami sampai dikantorku. “Hati-hati ya Mah. Ingat Mas dan anakmu dirumah”, “iya Mas, jaga anak kita baik-baik”. Dia pun mencium keningku dan aku mencium tangannya. Lalu aku masuk ke kantorku dan langsung menemui Pak Budi di ruangannya.
“Tok…tok…tok….Maaf Pak saya telat”
“Tidak kok Yul, 5 menit lagi kita berangkat ya. Mana suamimu, saya pengen ngobrol dulu dengan dia ” jawabnya.
“Suami saya langsung berangkat ke kantornya Pak”. Memang Pak Budi ini orangnya baik dan selalu ramah kepada setiap bawahannya.

Dengan suamiku pun dia nampak akrab. Oh ya atasanku ini mempunyai wajah seperti orang China walaupun sebenarnya dia muslim. Bertubuh agak gemuk dan tingginya seperti suamiku. Dia juga botak ditengah rambutnya seperti seorang Profesor.
Kami berdua pun berangkat ke Kota tempat pertemuan tersebut. Diperjalanan kami beristirahat terlebih dahulu karena kami ingin buang air.
“Kita berhenti dulu ya Yul, saya kebelet. Tuh kebetulan ada pom bensin” pintanya.
“Iya Pak saya juga ingin beristirahat dulu”.
Kami pun berhenti di Pom tersebut. Ketika dia pergi ke WC akupun mengikutinya karena saya pun ingin membenarkan pakaian dan kerudung. Ketika dia keluar dari Wc, dia memandangiku yang sedang berkaca. Kulihat dia melihat kea rah dadaku.
“Sudah buang airnya Pak?” tanyaku mengagetkannya.
“Iya sudah Yul”. Kami berdua melanjutkan perjalanan. Tepat satu jam kemudian kami tiba di hoteltempat pertemuan tersebut.
Kami disambut oleh seorang pegawai hotel dan memonya kami menunjukan surat undangan. Setelah saya memperlihatkan surat tersebut, kami mendapatkan dua kunci kamar yang berada di lantai 2. Kami pun naik lift dan bergegas ke kamar masing-masing.
Ketika sampai dikamar, aku langsung membuka kerudungku dan menelepon suamuku kalau aku sudah sampai ke lokasi pertemuan. Kubuka blazerku dan langsung rebahan di atas tempat tidur. Ahh cape juga perjalanan tadi, batinku. Ketika aku sedang rebahan diatas tempat tidur, ada yang mengetuk pintuku.

“Tok tok tok, Yul..”. Oh ternyata Pak Budi. Langsung aku bangun dari tempat tidurku dan memakai blazerku kembali. “
Ada apa ya Pak?” tanyaku. Ketika aku tanya atasanku ini, dia hanya bengong melihatku. Apa yang salah denganku. Tiba-tiba DEG aku ingat, KERUDUNGKU, ya aku tidak menggunakan kerudung pada saat itu. Dan itulah pertama kalinya ada laki-laki lain yang melihat rambut sepunggungku yang terurai.
“Pak” kataku mengalihkan kekagetanku.
“Eh ini Yul em aku ingin liat berkas buat pertemuan besok” katanya gugup.
“Oh iya Pak sebentar, saya ambilkan dulu berkasnya”. Aku pun masuk ke kamar dan mencari berkas serta memakai kerudungku kembali.

Sore harinya aku di telepon oleh atasanku melalui telepon kamar. Dia memberitahuku supaya aku mempersiapkan diri karena akan bertemu dengan seorang Direktur salah satu perusahaan. Aku mandi terlebih dahulu dan setelah itu mempersiapkan berkas-berkas yang akan dibawa. Pak Budi menelepon kembali dan dia menungguku di lobi dekat resepsionis. Waktu itu aku memakai kemeja dan memakai rok warna merah. Aku lalu menuju ke tempat tersebut. Ketika sampai di bawah, kulihat beliau menatapku sambil tersenyum.

“Mana Yul berkasnya, biar saya periksa dulu” kata beliau.
“Ini Pak, semua yang diperlukan ada disitu” jawabku.
Ketika beliau sedang memeriksa berkas tersebut, orang yang kami tunggu pun datang. Dan akhirnya kami sepakat akan bekerjasama antar perusahaan. Pak Budi memuji berkas yang aku kerjakan. Ini menjadi nilai plus dimata atasanku ini.

Setelah pertemuan itu aku pergi pamit ke kamar terlebih dahulu karena badanku merasa capek sekali. Dikamar aku menelepon suamiku dan ngobrol dengan anak ku. Hingga akhirnya aku ketiduran. Sekitar pukul 10 malam aku terbangun dan entah kenapa aku merasa takut sendirian dikamar. Aku putuskan untuk pergi ke kamar pak Budi walaupun hatiku sebenarnya malu dan takut akan terjadi sesuatu antara aku dan Pak Budi. Tapi pada akhirnya aku pergi ke kamar Pak Budi.
“Pak Pak Budi” ketuk ku keras. Lalu Pak Budi membukakan pintunya untukku.
“Loh Yuli, ada apa Yul?” tanyanya sambil mengucek mata.
“Pak maaf, saya takut sendirian tidur di kamar, boleh tidak saya tidur dengan Bapak untuk malam ini?”

“Ya tentu boleh, silahkan masuk Yul silahkan” jawabnya sambil mempersilahkan aku masuk.
“Kamu takut apa Yul? Kan kamu sudah sering tidur sendirian di kamar hotel?” tanyanya bingung.
“Iya Pak, saya juga tidak tahu. Saya merasakan ada yang aneh di kamar saya, saya takut”
“Ah kamu ini ada-ada saja” jawabnya sambil tersenyum.

“Baiklah kalau begitu saya tidur di kamar mu saja ya, kita gantian kamar, saya gak enak kalau harus sekamar dengan perempuan lain” katanya.

“Gak papa Pak, kita sekamar saja, saya takut kalau harus tidur sendirian” jawabku.
Sebenarnya aku pun risih harus tidur dan sekamar dengan lelaki lain, tapi apa boleh buat rasa takut ini mengalahkan segalanya. Beliau pun berbaring disusul aku kemudian. Jantungku berdebar kencang, aku khawatir terjadi apa-apa dengan kami berdua, ya namanya juga tidur seranjang. Tapi malam itu tidak terjadi apa-apa, kami hanya tidur saja.

Pagi harinya aku bangun dan kulihat Pak Budi sudah tidak ada dikasur. Rupanya dia sedang mandi karena kudengar germecik air di kamar mandi. Ketika aku sedang mengumpulkan nyawaku yang baru bangun, tiba-tiba Pak Budi keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan celana dalam.
“Eh maaf Yul, saya kira kamu belum bangun” sambil berlalu kembali ke kamar mandi.

Aku hanya tertegun melihat kejadian tersebut. Naluriku sebagai wanita muncul, aku pun agak terangsang melihat hal tersebut.
“Pak saya ke kamar dulu ya”,
” iya Yul, saya minta maaf atas kejadian barusan”,
” tidak apa-apa Pak” jawabku.
Akupun pergi ke kamar dan langsung mandi.
Acara pun dimulai, waktu itu kami sibuk dengan pertemuan terserbut. Seharian kami harus membahas soal kerja sama dengan berbagai perusahaan di seluruh Indonesia. Aku selalu mengikuti Pak Budi kemanapun dia pergi karena posisiku sebagai asistennya. Akhirnya acara hari pertama pun selesai. Kami balik lagi ke kamar masing-masing. Aku lantas langsung membuka semua pakaianku dan berbaring di tempat tidur. Setelah itu saya pergi mandi. Ketika saya mandi saya teringat kejadian pagi tadi di kamar pak Budi. Tak terasa vaginaku basah. Tapi aku tepis lamunanku itu karena teringat suami dan anakku dirumah. Selepas mandi Pak Budi mengajakku untuk makan malam bersama tamu yang lain.

“Yul, kamu sudah siap” tanyanya diluar kamarku.
“Sudah Pak, sebentar” jawabku
Aku pun keluar dan masuk ke lift bersama Pak Budi. Ketika dalam lift, Pak Budi memuji kecantikanku.
“Kamu cantik sekali Yul, meskipun memakai kerudung” pujinya.
“Yah Bapak, baru tau ya saya cantik” kataku sambil tersenyum.
“Ah kamu bisa aja Yul” jawabnya.
Kami pun sampai di tempat makan malam. Tak ada yang makanan special di tempat tersebut. Semua tamu saling berbincang dibarengi dengan tertawa tak terkecuali Pak Budi.
Pukul 20.30 para tamu tak terkecuali saya dan Pak Budi balik ke kamar masing-masing. Ketika kami berdua jalan ke kamar masing-masing, Pak Budi menawarkanku untuk tidur dengannya lagi.

“Yul, kalau kamu takut tidur sendirian lagi, kamu boleh tidur di kamar saya lagi, jangan sungkan ya” tawarnya.

“Iya Pak terimakasih. Nanti kalau saya takut, saya ke kamar Bapak” jawabku.
Aku pun masuk ke kamar dan mencoba untuk mengusir rasa takutku karena aku tidak mau kalau aku harus tidur di kamar atasanku lagi. Ketika aku mulai memberanikan diri untuk tidur dikamarku sendirian, entah kenapa rasanya aku lebih nyaman kalau tidur di kamar Pak Budi. Akhirnya aku putuskan untuk tidur di kamar pak Budi.
“Pak Budi Pak…..”
“Oh Yuli, kamu mau tidur di kamar saya lagi” tanyanya.
“Maafkan saya kalau saya merepotkan Bapak, tapi saya masih takut untuk tidur sendirian dikamar Pak, boleh tidak kalau saya tidur lagi di kamar Bapak?” pintaku.
“Silahkan Yul, jangan sungkan,anggap saja ini rasa terimakasih saya karena pekerjaanmu yang memuaskan” pujinya.
“Iya Pak terimakasih” . Aku merasa tersanjung atas kebaikan atasanku yang baik ini.
Aku pun masuk ke kamarnya dan duduk disamping tempat tidurnya. Ketika itu beliau pun masuk dan duduk di samping berdekatan dengan tubuhku.
“Gimana suami kamu Yul, sudah kamu hubungi” tanyanya mengawali pembicaraan.
“Sudah Pak, tadi pun saya sempat ngobrol dengan anak saya” jawabku.
Ketika kami ngobrol kulihat Pak Budi melirik terus ke arah dadaku. Aku sempat risih, tapi entah kenapa aku ingin sekali memanjakannya karena dia telah baik kepadaku.
“Bapak liatin payudara saya terus, kenapa Pak?
“Oh tidak Yul maafkan saya, saya telah lancang” jawabnya gugup.
“Bapak mau lihat payudara saya?” tanyaku.
“Hah apa Yul, ya kalau kamu izinkan saya ingin liat” jawabnya sambil tertegun.
Lalu saya berdiri dan membuka kancing baju tidur saya.
“Silahkan Pak, ini sebagai bentuk terimakasih saya terhadap kebaikan Bapak”
“Oh terimakasih Yul, payudaramu begitu indah, bolehkah saya melihatmu tanpa kerudung?”
Saya tidak menjawab dan membuka kerudung saya, lalu saya simpan di atas tempat tidur.
“Silahkan Pak”
“Kamu begitu cantik Yul, payudaramu indah, bolehkah saya memegang payudaramu?” pintanya.
Aku sempat kaget mendengar permintaannya, tapi kalau hanya sekedar memegang aku tidak keberatan. Aku mengangguk tanda setuju. Lalu dia memegang payudaraku yang masih tertutup oleh BH berwarna hitam.
“Shhhh…pelan pelan Pak”
“Maaf Yul, kamu kesakitan ya, kencang sekali payudaramu, bisakah kamu membuka BH ini Yul?” pintanya lagi.
Entah kenapa aku menurut saja dan membuka semua baju dan juga BH ku. Kali ini aku sudah telanjang dada. Ketika aku sudah telanjang dada, Pak Budi memperhatikan payudaraku tanpa kedip, kemudian aku kaget karena dia menjilat putingku.
“Apa apa an Pak? Kan kata saya bapak hanya boleh pegang, bukan menjilat” hardikku
“Maafkan saya Yul, saya terbawa suasana” maafnya.
“Ya tidak apa-apa Pak, silahkan saja kalau Bapak mau nyedot putting payudara saya”
Dengan rakusnya dia menyedot dan menjilati semua bagian payudaraku. Akupun terbawa suasana dan vaginaku mulai basah.
“Sssshh aahh Pak pelan pelan” desahku
“MhhhMmmhhhhh MMhhhHhhhmmm” hanya itu jawabannya.
Kemudian dia melepaskan sedotannya di payudaraku. Aku sempat kecewa karena aku mulai terangsang.
“Kenapa Pak” tanyaku
“Yul, bolehkah saya melihat tubuh kamu seutuhnya?” pintanya.
Apa? Batinku. Tapi aku lihat wajah atasanku ini yang memelas. Dan akhirnya aku mengangguk tanpa sepatah katapun. Kemudian dia melorotkan celanaku dan aku bantu dia dengan mengangkat pantatku. Terpampanglah tubuhku yang hanya menggunakan celana dalam warna cream. Dia melotot melihat tubuhku.
“Tidak sekalian celana dalamnya Pak?”
“Bolehkah Yul?” tanyanya.
“Silahkan Pak” jawabku.
Dia membuka celana dalamku dan melemparkannya ke lantai kamar. Sebelum dia menggarap tubuhku aku mengatakan sesuatu.
“Pak silahkan nikmati tubuh saya, anggap ini bakti saya kepada Bapak karena Bapak telah baik terhadap saya” kataku.
“Terimakasih Yul, kamu memang asisten yang baik, saya janji ini pertama dan terakhirnya saya menikmati tubuh kamu” jawabnya.
Dia lalu mencium bibirku dengan ganas. Awalnya aku agak menolak karena teringan suamiku yang ada di rumah, tapi lama-lama aku menikmati cumbuannya dan membalas ciumannya. Tangannya tidak lepas dari payudaraku yang menjulang menantang.
“Sshhhh aaaaahhhhhhh Pak oucchhhhhhhh” rintihku.
Ciumannya turun ke leherku dan terus turun ke dadaku. Aku menggelinjang seperti ikan di daratan.
“Ahhhhhh aahhhhh terus pak enak ahhhh” hanya itu yang bisa aku katakan.
Jilatannya turun kea rah selangkanganku tapi dia tidak menjilat memek ku. Dia membuat aku kesetanan dengan jilatannya yang tidak juga menjilat memek ku.
“Ahhh Pak jilat memek ku pa kayo jilat Pak” pintaku.
Aku sudah tidak ingat lagi kalau yang sedang menggauliku adalah bukan suamiku melainkan atasanku. Dia menjilat memeku. “ Ah iya Pak begitu teruuusss Pak jilat memekku” kataku. Croottt Croot Crottt air maniku keluar. Aku mendapatkan orgasme pertamaku. Air maniku meleleh sampai ke atas sprei. Ketika aku sedang menikmati orgasmeku, kulihat dia sedang membuka pakaiannnya. Kulihat kontolnya yang ukurannya cukup besar tapi lebuh pendek dari kontol suamiku.
“Sini yul, jilatin kontolku” pintanya.
Akupun menurut dan menjilat kontolnya. “Uhhh aaahhh yah erus Yul, kamu pinter sekali Yul…”. Cukup lama aku menjilat kontolnya, kemudian dia merenggangkan kakiku. Aku tau inilah akhirnya baktiku kepada atasanku akan kulakukan.
“Ayo Pak, masukan kontol Bapak kesini” kataku sambil ku usap memek ku.
“Iya sayang, akan ku nikmati tubuhmu sekarang juga”
Dia mengarahkan kontolnya dan BLLLEEEEESSSSSSSSS “AAAAAAGHHHHHH ENAK PAK” kataku.
Dia menggenjot tubuhku sambil meremas-remas susuku.
“Ahhhh terus pak ewe aku,nikmatin tubuhku ahhhhhh” kataku.
10 Menit dengan gaya konvesional, dia ingin aku yang di atas. Dia tidur terlentang dan aku kangkangi dia. Sebelum memeku ku arahkan ke kontolnya, aku terlebih dahulu mengangkangi mulutnya. Dia mengerti maksudku. Dengan rakusnya dia menjilati memek ku yang sudah sangat banjir.

“Ohhhh aaahhhhh enaaak pak terus jilat” desahku.
Setelah puas menjilati memek ku dia ingin segera memasukan kontolnya ke memeku. CLLLEEEEBBB kontolnya masuk kedalam memekku.
“Uh ah sssttt enak sekali memek kamu Yul” desahnya. Tak lama kemudian, kurasakan memeku berdenyut-denyut tandanya aku akan orgasme.
“Oh pak aku akan keluar Pak terus genjottt ooohhh” kataku
“Aku juga sama Yul, ayo kita keluar sama-sama aaahhhh aaahhh”
Crooottt Crrrootttt CRrrooottt semua maninya ku rasakan menmbus ke rahimku. Kami berdua kelelahan dan mabruk ke kasur.

“Terimakasih ya Yul, tubuh kamu enak sekali” pujinya. “Sama-sama Pak. Anggaplah ini baktiku kepada bapak sebagai atasanku yang baik” jawabku.
Kami pun tidur tanpa memakai apapun. Ketika pagi hari kurasakan memek ku basah sekali, ternyata Pak Budi sedang menjilati memek ku “aahhhh aahhhh” desahku. Kontan saja aku jadi terangsang. Kami pun ngewe sekali lagi sebelum kami pulang dari hotel tersebut. Sungguh ini pengalaman yang sangat luar biasa, bisa berbakti kepada atasanku.
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda :

No comments:

Post a Comment